Matius 20: 1-16 Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur
1) Pekerja Pertama dari pagi-pagi benar
20:1 “Adapun hal Kerajaan Sorga sama sepertiu seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya1.v 20:2 Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya.
2) Pekerja kedua dari pk 09.00
20:3 Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. 20:4 Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi.
3) Pekerja ketiga & keempat dari pk 12.00 & 15.00
20:5 Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi.
4) Pekerja kelima dari pk 17.00
20:6 Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? 20:7 Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.
Waktu memberi upah
20:8 Ketika hari malamw tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. 20:9 Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. 20:10 Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga.
Komplain
20:11 Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungutx kepada tuan itu, 20:12 katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panasy terik matahari.
Jawab Tuannya
20:13 Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara,z aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? 20:14 Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. 20:15 Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?a 20:16 Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.b“
Saya berusaha menjadi seorang yang adil, baik dalam keluarga maupun di pekerjaan, saya punya 2 anak yang beda umur 3 tahun, dari kecil, kalau beli mainan, saya selalu beli 2 pcs, walaupun itu mainan elektronik yang cukup mahal seperti Nintendo.
Demikian juga kepada karyawan saya, saya selalu berusaha berlaku seadil-adilnya, tapi sebagai manusia, terkadang kita juga kasihan kepada beberapa karyawan yang lebih membutuhkan upah lebih dibanding yang lain.
Ada suatu sinode Gereja yang memberikan gaji lebih tinggi kepada hamba Tuhannya walaupun dia junior tapi anaknya banyak daripada kepada gembala sidangnya yang sudah senior yang anaknya dikit.
Seperti ilustrasi Tuhan Yesus di atas, beberapa karyawan yang tidak mengerti, menganggap saya tidak adil sehingga resign.
Demikian juga dalam kehidupan spiritual kita, kita mungkin menganggap Tuhan tidak adil, kita sudah beribadah dengan rajin, melayani dengan rajin, berdoa & membaca Alkitab dengan rajin, tapi kehidupan duniawi kita mungkin “kurang berkat” dibanding dengan yang ke gereja, melayani & ibadahnya asal-asalan.
Bahkan mungkin hidup kita bukan cuma “kurang berkat”, tapi penuh ujian, “penderitaan hidup”, kita mungkin bingung, & bertanya kenapa Tuhan ?
Tapi itu dialami Tuhan Yesus kita sendiri, Dia datang ke dunia, lahir dari perawan Maria & Roh Kudus, sehingga tanpa dosa, tapi harus disalib menanggung dosa dunia.
Dia bukan cuma disalib, sebelum disalib, dia menanggung siksaan, dicambuk, dihina, diludahi. Mati disalib adalah hukuman mati yang paling terkutuk untuk manusia. Dan itu yang ditanggung Tuhan kita Yesus Kristus.
Patut dicatat, bahwa Tuhan Yesus dengan rela memberikan diriNya utk ditangkap, disiksa, dihina, & disalib, sebelumnya beberapa kali pemuka Agama mau menangkap Tuhan Yesus, tapi tidak bisa, karena belum waktunya, Kalau mau Tuhan Yesus bisa memanggil ribuan malaikat untuk menghindari dari semua siksaan, hinaan & salib, tapi itu tidak Dia lakukan.
Kenapa Tuhan Yesus mau datang ke dunia & menanggung semua siksaan, hinaan, & salib ? Yohanes 3:16 berkata “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (kata Anak disini jangan dianggap sebagai Allah berhubungan badan dg Maria sehingga lahir Tuhan Yesus, kata Anak disini sebagai sebutan/gelar dari Tuhan Yesus yang menyebut diriNya: Anak Manusia)
Dan karena kita tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri, siapa manusia yang tidak berdosa selain Tuhan Yesus ? Anggap kita orang baik, cuma berdosa 1x sehari, anggap setahun kita berdosa 300x, anggap rata2 manusia hidup 50 tahun jadi kita berdosa 15000x, Bagiamana kita bisa masuk surga dengan dosa sebanyak itu ? Allah Maha Suci, tidak mungkin manusia membawa dosa sebanyak itu, bisa menghadap Allah dan masuk surga.
Kalau perbuatan baik bisa menghapus dosa, maka kita jadi Robin Hood/Zorro aja, atau jadi koruptor (curi uang negara lalu kita bagikan sebagian untuk amal), maka dunia bisa kacau, kalau semua orang jadi Robin Hood/Zorro/koruptor.
Jadi manusia tidak bisa masuk surga dengan perbuatan baik. Oleh karena itulah Tuhan Yesus sebagai inkarnasi Allah sendiri datang kedunia, untuk menanggung dosa dunia.
Mengapa Allah harus berinkarnasi datang ke dunia untuk mengampuni dosa & menyelamatkan manusia berdosa supaya bisa masuk surga ?
Apakah tidak bisa Allah menghapus dosa manusia dengan ber-Firman aja ? Seperti yang Tuhan Yesus lakukan di Matius 9:5-6 “Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” – lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: ”Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!””
Saya teringat Film/cerita The Chronicles of Narnia yang dikarang C.S. Lewis, kalau Allah mengampuni dosa dengan FirmanNya saja, maka iblis & alam semesta ini akan merasa Allah tidak adil.
Karena Ibrani 9:22 mengatakan “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”
Dulu orang Yahudi, harus menumpahkan darah binatang untuk pengampunan dosa, cuma hal ini, untuk sementara ok, tapi tidak memuaskan keadilan, karena bagaimana mungkin mahluk yang lebih rendah dari manusia, darahnya bisa mengapus dosa manusia yang lebih tinggi derajatnya dari binatang.
Kalau orang Yahudi dulu harus berkali-kali mengorbankan binatang untuk pengampunan dosa, tapi Tuhan Yesus kenapa hanya satu kali aja ? Ibrani 10:10 Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
Karena kita hidup dalam Kronos (waktu yang terbatas) tapi Tuhan Yesus hidup dalam Kairos (waktu yang tidak terbatas) seperti “Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, o Aku telah ada. ” Yesus berkata kepada mereka, “Sesungguhnya, Aku mengatakan kepadamu, sebelum Abraham ada, Aku sudah ada.”” Yoh 8:58
Mengapa Tuhan Yesus harus menanggung penderitaan sampai mati, bahkan mati di salib (mati disalib adalah mati terkutuk) untuk mengampuni dosa kita ?
Agar kita yang mengalami ketidakadilan di dunia, ini tidak bisa lagi mengatakan, Tuhan Yesus tidak mengerti sih penderitaan saya, ketidakadilan yang saya alami, ataupun masalah-masalah saya.
Tuhan Yesus Allah yang punya segalanya juga alam semesta ini, rela berinkarnasi sebagai anak Yusuf Tukang kayu miskin yang lahirnya harus di palungan (kandang binatang), Tuhan Yesus memulai pelayananNya pada waktu umur 30 tahun, jadi selama 30 tahun Tuhan Yesus juga mengalami apa yang manusia biasa alami, bekerja sebagai tukang kayu membantu Yusuf, terluka, mengalami penderitaan, ketidakadilan, dll.
Bahkan Ketidakadilan yang dialami Tuhan Yesus sangat extrim, di khianati oleh muridnya sendiri Yudas Iskariot, di sangkal oleh salah satu murid yang dikasihiNya Petrus. Tuhan Yesus tanpa dosa, menyembuhkan banyak orang sakit, membangkitkan orang mati, bahkan memberi makan 5000 & 4000 orang tapi harus mati dicambuk, dihina, bahkan matinya pun harus disalib yaitu mati secara terkutuk.
Galatia 3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ”Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”
Kalau kita mengalami “penderitaan hidup”, kita harus tetap yakin Tuhan Maha Baik, punya maksud baik untuk kita di balik “penderitaan hidup” yang kita alami tersebut dan tetap beriman & berharap pada Tuhan Yesus)
Marilah kita bersyukur dalam memperingati Jumat Agung ini, dimana kita memperingati pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu Salib, untuk menghapus dosa-dosa kita, sehingga kita bisa menghadap Allah yang Maha Suci.
2 Korintus 5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Banyak Teori Aneh yang beredar soal Kematian Yesus
Pertama, Ada yang beranggapan bahwa bukan Yesus yang mati atau disalibkan, melainkan orang lain. Misalnya pandangan injil Barnabas yang menyatakan bahwa yang disalibkan bukan Yesus, melainkan Yudas Iskariot, sedangkan Yesus sendiri diangkat ke surga.
Jawaban singkat: Teori ini menganggap semua orang bodoh, baik pemuka agama orang Yahudi (Farisi, Sanhedrin, Ahli Taurat, dll), prajurit Romawi, orang banyak/penduduk kota Yerusalem yang mengawasi, melihat ataupun yang terlibat dalam penyaliban Tuhan Yesus, yang tidak bisa membedakan Yesus dengan Yudas Iskariot / orang lain, jangan lupa Tuhan Yesus dulu seperti artis terkenal, banyak orang mengikuti Yesus untuk mendengar ceritanya, untuk mendapat makanan gratis (5000 & 4000 orang), atau untuk disembuhkan dari penyakitnya atau untuk mendapatkan mujizat lain (seperti: minta Tuhan Yesus mengusir setan, minta anaknya disembuhkan/dibangkitkan dari kematian, minta Tuhan Yesus meredakan angin ribut, dll)
Kedua, Ada juga yang beranggapan bahwa Yesus tidaklah mati, sebab Dia adalah Allah. Mana mungkin Dia mati kalau Dia adalah Allah. Ini adalah rekayasa, kisah yang dibuat-buat. Mana ada Allah bisa menjadi manusia, memperanakkan dan beranak, bahkan mati hanya untuk menebus dosa manusia. Bukankah dunia akan berakhir jika Allah mati?
Jawaban singkat: Banyak orang salah kaprah, waktu dibilang Yesus Anak Allah, padahal ini cuma sebutan/gelar Yesus, bukan Allah menikah & berhubungan badan secara biologis dengan Maria, lalu lahir Yesus seperti cerita Hercules.
Kalau Allah jadi manusia adalah hal yang mudah & tidak mustahil, tapi kalau manusia yang mau jadi Allah, itu adalah hal yang tidak mungkin & mustahil.
Allah adalah misteri, kalau kita bisa mengenal Allah secara utuh, maka Allah bukan Allah yang misteri. Konsep Tritunggal Allah adalah misteri, belum ada ilustrasi/penjelasan yang bisa menjelaskan konsep Tritunggal Allah, kalau Allah dengan mudah kita mengerti, maka Dia bukan Allah, dia manusia biasa. Ilustrasi yang sering saya pakai untuk menjelaskan Tritunggal Allah adalah Manusia terdiri dari 3 unsur : tubuh jasmani, jiwa & Roh, waktu kita meninggal, tubuh masih ada, tapi jiwa/nafas hidup kita yang mati, tapi Roh kita tetap hidup, itu yang nanti masuk surga atau neraka. Allah menciptakan manusia menurut rupa & gambarnya, kalau manusia aja diciptakan dari 3 unsur, kemungkinan Allah seperti itu, maka gelar Tritunggal Allah disebut Allah Bapa, Roh Kudus & Anak Manusia. (Tapi ini adalah ilustrasi saya, belum tentu benar, karena Allah adalah misteri, tidak ada satupun manusia yang bisa mengenal Allah secara utuh, bahkan Musa, Ayub, Elia, Abraham, Daud dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya)
Ketiga, Ada juga yang beranggapan bahwa kisah Tuhan Yesus yang mati 2000 tahun yang lalu, hanyalah kisah bohongan atau isapan jempol belaka. Tidak ada bukti atau fakta kuat menjelaskan hal ini, apalagi kisa penyaliban Tuhan Yesus. Orang Kristen dianggap hanya meyakini sesuatu yang bukan kebenaran namun dianggap sebagai kebenaran. Pandangan ini beranggapan “God is Dead“
Jawaban panjang ada di bawah ini
Bukti Yesus Mati
Ditulis oleh paskah.sabda.org pada Jum, 04/08/2011 – 14:48
Alkitab mengatakan bahwa Allah datang ke dunia sebagai manusia untuk membayar hukuman mati bagi dosa dunia (Yohanes 1:1-29; Roma 6:23). Alkitab juga mengatakan bahwa apabila Yesus tidak berkuasa atas kematian dan keluar dari kubur batu yang dingin itu, Dia tidak dapat memberikan kemenangan atas kematian bagi kita (1 Korintus 15:12-19).
Pertanyaannya, apakah Yesus benar-benar mati?
Kita harus memulainya dengan kabar buruk. Perseteruan antara Yesus dan para pemimpin agama Israel harus dibayar dengan hidup-Nya. Tatkala tubuh-Nya diturunkan dari kayu salib di Golgota, Dia telah mati. Kebenaran tentang kebangkitan itu benar-benar bergantung pada fakta ini.
Jika Yesus memang pingsan seperti yang dikatakan oleh beberapa pengkritik, maka tidak perlu ada kebangkitan. Untuk mengalami kebangkitan, seseorang harus mati terlebih dahulu. Menolak kematian Kristus berarti menghapus semua kemungkinan kebangkitan. Namun, Alkitab mengajarkan bahwa Dia sungguh-sungguh mati.
Dalam terjemahan New International Version (NIV), catatan keempat Injil tentang penyaliban Kristus mengungkapkan kematian-Nya dalam dua istilah yang berbeda. Dalam Matius 27:50 dan Yohanes 19:30, kedua penulis mengatakan bahwa Dia “menyerahkan” Roh-Nya. Sedangkan, Markus 15:37 dan Lukas 23:46 mencatat bahwa Dia “menghentikan napas-Nya” yang terakhir.
Sesungguhnya Matius, Markus, dan Lukas mencatat suatu peristiwa yang terjadi dalam waktu yang sama, tidak jauh dari Kalvari. Mereka menuliskan bahwa ketika Yesus mati, “tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah” (Markus 15:38). Mukjizat ini menandai berakhirnya era keterbatasan hubungan dengan Allah dan dihentikannya pengorbanan hewan seperti dalam Perjanjian Lama. Namun, bukan hanya itu. Mukjizat itu juga membuktikan kematian Yesus karena kematian-Nya memperlihatkan bahwa pengurbanan-Nya yang sempurna sesuai dengan kehendak Allah. Selama berabad-abad, Allah meminta hewan korban yang tidak bercacat cela sebagai penebus dosa. Kristus sebagai Domba Allah yang tidak bercacat cela telah menjadi kurban yang terakhir. Tabir tidak lagi dibutuhkan karena jalan masuk kepada Allah telah terbuka bagi orang yang percaya kepada-Nya.
Beberapa peristiwa yang terjadi di sekitar penyaliban membuktikan bahwa Yesus telah mati.
- Para prajurit Romawi tidak mematahkan kaki Yesus karena mereka melihat bahwa “Ia telah mati” (Yohanes 19:33).
- Para prajurit menikam lambung Yesus dengan tombak dan dari dalam lambungnya keluar air dan darah (Yohanes 19:34). Para ahli kedokteran mengatakan bahwa apabila Dia belum mati saat itu, maka tindakan ini benar-benar akan mengambil nyawanya. Para dokter menyimpulkan bahwa mengalirnya air dan darah dari lambung-Nya membuktikan bahwa Yesus benar-benar sudah mati.
- Tatkala Yusuf dari Arimatea meminta tubuh Kristus sehingga ia dan Nikodemus dapat mengubur-Nya, Pontius Pilatus memerintahkan seorang kepala pasukan untuk membuktikan bahwa Yesus telah mati (Markus 15:43-45). Gubernur Romawi tidak akan memberikan tubuh itu kepada Yusuf sebelum kepala pasukan itu yakin bahwa sudah tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan pada tubuh Yesus. Anda boleh yakin bahwa seorang pejabat militer Romawi tidak mungkin melakukan kesalahan dalam hal sepenting ini, yang harus ia laporkan kepada pejabat yang lebih tinggi, seperti Pilatus.
- Yusuf dan Nikodemus mempersiapkan penguburan bagi jasad tersebut secara adat Yahudi, termasuk mengafani-Nya dengan “kain lenan yang putih bersih” (Matius 15:46), mengurapi Tubuh itu dengan “campuran minyak mur dengan minyak gaharu” (Yohanes 19:39), dan membaringkan-Nya “di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu” (Markus 15:46). Sudah jelas di sini bahwa teman-teman yang merasa kehilangan sudah memeriksa semua tanda-tanda kehidupan yang mungkin masih ada. Mereka tentu saja tidak akan menguburkan Yesus yang masih hidup.
- Kaum Farisi dan para pemuka agama bertemu dengan Pilatus untuk membicarakan peristiwa yang telah terjadi. Mereka ingat akan ucapan Yesus “sewaktu hidup-Nya” (Matius 27:63), dan mereka memerintahkan para prajurit untuk mengamankan kubur, yaitu menutupnya dengan batu. Tidak hanya itu, mereka juga lebih mengetatkan penjagaan dengan mengutus beberapa prajurit untuk mencegah para murid “mencuri-Nya (Matius 27:64). Tidak diragukan lagi, mereka juga tahu bahwa sesungguhnya Yesus telah mati.
Bukti di luar Alkitab dari sejarahwan dunia
Ignatius, seorang sejarawan abad ke-2 mengatakan, “Yesus disalibkan dan mati di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Dia sungguh-sungguh dan bukan sekadar kelihatan — disalibkan, mati, disaksikan oleh seluruh makhluk di surga dan di bumi, serta di bawah bumi. Dia juga bangkit kembali pada hari yang ketiga.”
Diambil dan disunting seperlunya dari dari:
Judul asli buku | : | Did Christ Really Rise from the Dead? |
Judul buku terjemahan | : | Apakah Kristus Benar-benar Bangkit? |
Judul asli artikel | : | Bukti: Dia Bangkit |
Penulis | : | Dave Branon |
Penerjemah | : | Tan May Lan |
Penerbit | : | Yayasan Gloria, Yogyakarta |
Halaman | : | 9 — 11 |
Apakah Yesus Benar-benar Mati? |
Pengantar Gagasan bahwa Yesus tidak pernah benar-benar mati muncul pada tulisan di abad ketujuh. Di situ dikatakan bahwa Yesus melarikan diri ke India. Bahkan sampai saat ini terdapat sebuah makam keramat yang dianggap makam Yesus di Srinagar, Kashmir. Pada permulaan abad ke-19, Karl Bahrdt, Karl Venturini, dan yang lain-lainnya mencoba menjelaskan Kebangkitan dengan mengemukakan gagasan bahwa Yesus hanya pingsan karena kepayahan di atas kayu salib, atau Ia telah diberi obat yang membuatnya kelihatan mati, dan bahwa selanjutnya Ia dihidupkan kembali oleh udara kubur yang sejuk dan lembab. Mereka menjelaskan bahwa Yesus telah diberi suatu cairan di suatu bunga karang ketika tergantung di atas salib (Markus 15:36) dan bahwa Pilatus kelihatan terkejut akan betapa cepatnya Yesus mati (Markus 15:44). Konsekuensinya, kata mereka, pemunculan Yesus kembali bukanlah suatu kebangkitan mukjizat, tetapi sekedar suatu kesadaran kembali yang kebetulan, dan kubur-Nya kosong karena Ia masih terus hidup. Apa yang sebenarnya terjadi saat Penyaliban? Apa penyebab kematian Yesus? Adakah cara yang mungkin bagi-Nya untuk bertahan hidup dari siksaan ini? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang dapat dibantu diselesaikan dengan bukti medis. Wawancara dengan Alexander Metherell, M.D., PH.D. Metherell adalah seseorang dengan gelar medis dari University of Miami di Florida dan gelar doktor dalam bidang teknik dari University of Bristol di Inggris. Ia memperoleh sertifikat dalam diagnosis dari The American Board of Radiology dan menjadi konsultan bagi The National Heart, Lung, and Blood Institute of the National Institutes of Health of Bethesda, Maryland. Metherell adalah mantan ilmuwan riset yang mengajar di The University of California, dan editor lima buku ilmiah dan telah membuat tulisan-tulisan yang diterbitkan mulai dari Aerospace Medicine sampai Scientific American. Analisis cerdasnya atas konstraksi muskular telah diterbitkan dalam The Physiologist dan Biophysics Journal. Ia berpenampilan sesuai dengan perannya sebagai seorang otoritas medis terkemuka. Penyiksaan Sebelum Penyaliban Dapatkah Anda melukiskan suatu gambaran tentang apa yang terjadi pada Yesus? Itu dimulai setelah Perjamuan Terakhir. Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke Taman Getsemani. Di sana Ia berdoa semalam-malaman. Nah, selama proses itu Ia mengantisipasi datangnya peristiwa-peristiwa pada hari berikutnya. Karena Ia mengetahui beratnya penderitaan yang akan Ia pikul, sungguh wajar jika Ia mengalami tekanan psikologis yang sangat besar. Dalam Lukas 22:44 menceritakan bahwa Ia mulai meneteskan keringat darah pada keadaan ini. Bukankah ini hanyalah imajinasi yang terlalu fiktif? Tidak sama sekali. Ini adalah suatu kondisi medis yang dikenal dengan hematidrosis. Ini terjadi karena tekanan psikologis yang sangat tinggi. Kegelisahan yang hebat menyebabkan terlepasnya zat-zat kimia yang memecahkan kapiler-kapiler dalam kelenjar-kelenjar keringat. Akibatnya terjadi pendarahan dalam kelenjar-kelenjar ini, dan keringat yang keluar disertai dengan darah. Hal ini menyebabkan kulit menjadi amat sangat rapuh ketika Yesus dicambuk oleh serdadu Roma keesokan harinya, kulit-Nya menjadi amat sangat sensitif. Pencambukan Roma dikenal sangat brutal, biasanya terdiri dari 39 cambukan, tetapi seringkali lebih banyak daripada itu, tergantung pada suasana hati Si Serdadu yang melaksanakan pukulan. Si Serdadu akan menggunakan cemeti dari kepangan tali kulit dengan bola-bola logam yang dijalin ke dalamnya. Ketika cemeti itu menghantam daging, bola-bola ini akan menyebabkan memar atau lebam yang dalam, yang akan pecah terbuka akibat pukulan selanjutnya. Dan cemeti itu juga memiliki potongan-potongan duri tajam, yang akan mengiris daging dengan hebat. Punggung yang dipukul itu akan menjadi tercabik-cabik, sehingga sebagian dari tulang belakang kadangkala terlihat akibat irisan yang dalam, sangat dalam. Pencemetian itu akan ditimpakan ke segala arah: dari bahu turun ke punggung, pantat, dan bagian belakang kaki. Itu akan sangat mengerikan. Selagi pencambukan berlanjut, luka koyakan akan tercabik sampai ke otot-otot kerangka di bawahnya dan menghasilkan goresan-goresan daging berdarah yang gemetar. Seorang sejarawan abad ketiga bernama Eusebius menggambarkan pencambukan dengan mengatakan, “Pembuluh-pembuluh si penderita terbuka telanjang, dan otot-otot, urat-urat, dan isi perut si korban terlihat”. Banyak orang akan mati dari pemukulan semacam ini, bahkan sebelum mereka disalibkan. Setidaknya, Si Korban akan mengalami kesakitan hebat dan keguncangan karena efek-efek kehilangan sejumlah besar darah (hipovolemik). Ini mengakibatkan 4 hal: 1. Jantung berdetak cepat untuk mencoba memompa darah yang tidak ada di sana. 2. Tekanan darah turun, menyebabkan pingsan. 3. Ginjal berhenti menghasilkan urin untuk mempertahankan volume darah yang masih tinggal. 4. Orang itu menjadi sangat haus sewaktu tubuhnya sangat membutuhkan cairan untuk menggantikan volume darah yang hilang. Apakah Anda melihat bukti ini dari catatan-catatan Injil? Ya, sangat pasti. Yesus berada dalam keguncangan karena kehilangan sejumlah besar darah ketika Ia berjalan terhuyung-huyung ke lokasi hukuman mati di Kalvari, memikul batang kayu salib yang horizontal. Akhirnya Yesus tak sadarkan diri, dan serdadu Roma memerintahkan Simon untuk memikul salib-Nya. Selanjutnya kita membaca bahwa Yesus berkata, ‘Aku haus’, pada saat ketika sedikit cuka diberikan kepada-Nya. Karena efek-efek mengerikan dari pemukulan ini, sudah pasti Yesus berada dalam kondisi kritis, bahkan sebelum paku-paku ditancapkan menembus kedua tangan dan kaki-Nya. Penderitaan Salib Apa yang terjadi ketika Ia tiba di lokasi Penyaliban? Ia akan dibaringkan, kedua tangan-Nya akan dipakukan dalam posisi terentang ke batang kayu horizontal. Orang-orang Roma biasanya menggunakan paku besar yang panjangnya 5 sampai 7 inci dan meruncing ke suatu ujung yang tajam. Paku ini ditancapkan menembus pergelangan tangan. Ini adalah posisi kokoh yang akan mengunci posisi tangan. Dan penting untuk dipahami bahwa paku itu akan menembus ke tempat di mana urat syaraf tengah berada. Ini adalah urat syaraf terbesar yang menuju ke tangan, dan itu akan diremukkan oleh paku yang diketokkan ke dalamnya.Kesakitan apa yang akan ditimbulkannya? Apakah Anda pernah merasakan rasa sakit ketika Anda membenturkan siku Anda dan memukul tulang ujung siku Anda? Itu sebenarnya urat syaraf lain, disebut urat syaraf ulna. Akan sangat menyakitkan bila tanpa sengaja Anda memukulnya. Yah, bayangkan mengambil sebuah tang dan memeras dan meremukkan urat syaraf itu. Efek itu akan mirip dengan apa yang Yesus alami. Kesakitannya sama sekali tak tertahankan, secara harafiah itu di luar kata-kata untuk menjelaskannya. Pada keadaan seperti ini Yesus dinaikkan, selagi balok salib dipasangkan ke tiang vertikal, dan kemudian paku-paku ditancapkan menembus kedua kaki Yesus. Sekali lagi, urat syaraf di kedua kaki-Nya akan remuk, dan di sana akan terasa jenis kesakitan yang sama. Penyebab Kematian Penyaliban pada intinya adalah kematian perlahan yang diakibatkan oleh asfiksiasi (sesak nafas karena kekurangan oksigen dalam darah). Alasannya adalah bahwa tekanan-tekanan pada otot-otot dan diafragma membuat dada berada pada posisi menarik nafas, agar dapat menghembuskan nafas, orang itu harus mendorong kedua kakinya agar tekanan pada otot-otot dapat dihilangkan untuk sesaat. Ketika melakukan itu, paku akan merobek kaki, lalu akhirnya mengunci posisi terhadap tulang-tulang tumit kaki. Setelah dapat menarik nafas, orang itu kemudian akan dapat relaks dan menarik nafas lagi. ekali lagi ia harus mendorong tubuhnya naik untuk menghembuskan nafas, menggesekkan punggungnya yang berdarah ke kayu salib yang kasar. Ini akan berlangsung terus dan terus sampai kepayahan, dan orang itu tidak akan mampu mengangkat diri dan bernafas lagi. Ketika nafas orang itu semakin perlahan, ia mengalami apa yang disebut asidosis pernafasan, karbondioksida dalam darah larut sebagai asam karbonik, menyebabkan keasaman darah meningkat. Ini akhirnya mengakibatkan detak jantung yang tidak teratur. Dengan jantung-Nya yang berdetak tak menentu, Yesus berada dalam saat-saat kematian-Nya, yakni ketika Ia berkata, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”. Kemudian Ia mati akibat berhentinya detak jantung. Bahkan sebelum Ia mati, keguncangan karena kehilangan sejumlah besar darah akan menyebabkan jantung berdebar kencang terus-menerus, yang akan menyebabkan: kegagalan jantung serta terkumpulnya cairan dalam membran-membran di sekitar jantung dan juga sekitar paru-paru. Mengapa hai ini penting? Karena ketika serdadu Roma datang, dan hampir yakin bahwa Yesus telah mati, mereka menegaskannya dengan menusukkan sebuah tombak ke pinggang kanan-Nya. Tombak itu menembus paru-paru kanan dan ke jantung, jadi ketika tombak itu ditarik keluar, sejumlah cairan dalam membran-membran sekitar jantung dan juga sekitar paru-paru keluar. Ini akan terlihat sebagai cairan jernih, seperti air, diikuti dengan banyak darah, seperti yang dijelaskan saksi mata Yohanes dalam Injilnya (Yohanes 19:34). Tulang-tulang-Nya Tidak Dipatahkan Injil-injil berkata bahwa para serdadu mematahkan kaki kedua penjahat yang disalibkan Yesus. Mengapa mereka melakukan itu? Mereka ingin mempercepat kematian, dan dengan datangnya hari Sabat dan Paskah, para pemimpin Yahudi tentunya ingin segera mengakhiri ini sebelum matahari tenggelam. Serdadu-serdadu Roma akan menggunakan gagang baja dari tombak Roma untuk menghancurkan tulang-tulang kaki bagian bawah Si Korban. Ini akan mencegahnya dari mengangkat diri dengan kakinya, sehingga dapat bernafas, dan kematian akibat sesak nafas kekurangan oksigen dalam darah akan terjadi dalam beberapa menit. Perjanjian Baru menjelaskan kepada kita bahwa kaki-kaki Yesus tidak dipatahkah karena para serdadu telah menyatakan bahwa Ia telah mati, dan mereka hanya menggunakan tombak untuk memastikannya. Ini menggenapi Perjanjian Lama tentang Mesias, yaitu bahwa tulang-tulang-Nya tidak akan dipatahkan (Mazmur 34:21). Para serdadu Roma adalah orang yang tidak ahli dalam hal pengobatan/medis, apakah pernyataan mereka tentang kematian Yesus dapat dipercaya? Para serdadu Roma memang tidak pergi ke sekolah medis/pengobatan. Tetapi ingat, mereka adalah ahli dalam membunuh orang karena itu adalah tugas mereka, dan mereka melakukannya dengan baik. Mereka tahu tanpa keraguan sedikitpun kapan seseorang mati, dan itu tidak sulit untuk mengetahuinya. Disamping itu, jika seorang tahanan berhasil melarikan diri, serdadu-serdadu yang bertanggung jawab itu sendiri akan dibunuh, jadi mereka memiliki dorongan besar untuk memastikan bahwa setiap korban telah mati ketika ia diturunkan dari salib. Argumen Terakhir Adakah cara apapun yang memungkinkan Yesus bisa bertahan hidup dari penderitaan salib ini? Sama sekali tidak ada. Ingatlah bahwa Ia sudah berada dalam keguncangan akibat kehilangan banyak darah, bahkan sebelum penyaliban dimulai. Ia tidak mungkin mempura-purakan kematian-Nya, karena Anda tidak mungkin mempura-purakan ketidakmampuan bernafas untuk waktu yang lama. Disamping itu, tombak yang dihunjamkan ke jantungnya akan menetapkan kematian-Nya. Dan serdadu-serdadu Roma tidak akan mengambil resiko kematian sendiri dengan membiarkan-Nya pergi dalam keadaan hidup. Jadi bila seseorang mengajukan gagasan kepada Anda bahwa Yesus sekedar pingsan di atas kayu salib, akan saya beritahu bahwa itu tidak mungkin. Itu adalah khayalan tanpa dasar. Pertanyaan Bagi Hati Yesus dengan sengaja melangkah ke dalam tangan-tangan lawan-Nya. Ia tidak menolak penangkapan. Ia tidak mempertahankan diri-Nya saat persidangan. Jelas bahwa Ia bersedia mengajukan diri-Nya untuk mengalami penyaliban, suatu bentuk penyiksaaan yang memalukan dan memilukan. Apa yang mungkin memotivasi seseorang untuk bersedia menanggung penghukuman semacam ini? Yesus tahu apa yang akan terjadi, dan Ia bersedia melewati semuanya itu, karena itu merupakan satu-satunya cara Ia dapat menebus kita, dengan menjadi pengganti kita dan menanggung hukuman maut yang layak kita terima karena pemberontakan kita terhadap Tuhan. Itu merupakan misi-Nya yang sepenuhnya ketika Ia datang ke bumi. Jadi bila Anda bertanya apa yang memotivasi Dia, jawabannya dapat diringkas dalam satu kata, yaitu KASIH. Kesimpulan Yesus tidak mungkin bertahan hidup dari siksaan salib, suatu bentuk kekejian yang begitu keji, sehingga orang-orang Roma membebaskan warga negara mereka sendiri dari itu, kecuali untuk kasus-kasus pengkhianatan besar. Kesimpulan-kesimpulan Metherell konsisten dengan penemuan dokter-dokter lain yang dengan teliti mempelajari hal ini. Di antara mereka adalah Dr. William D. Edwards, yang artikelnya pada tahun 1986, dalam The Journal of the America Medical Association menyimpulkan, “Jelas, bobot bukti historis dan medis menunjukkan Yesus telah mati sebelum pinggangnya dilukai…. Sesuai dengan itu, penafsiran-penafsiran yang didasarkan pada asumsi bahwa Yesus tidak mati di atas salib bertentangan dengan pengetahuan medis modern”. Untuk direnungkan Di hadapan Allah, Saudara adalah orang yang berdosa yang harus menghadap pengadilan Allah dan harus menerima hukuman kekal karena dosa-dosa yang Saudara lakukan. Saudara tidak bisa menyelamatkan diri Saudara sendiri. Yesus telah menanggung hukuman dosa yang seharusnya Saudara terima. Ia telah menerima hukuman yang seharusnya Saudara tanggung. Jika Saudara menerima penggantian hukuman ini, Saudara bisa selamat dari hukuman Tuhan. Maukah Saudara menerima penggantian hukuman ini? Maukah Saudara menerima Yesus sebagai Juruselamat yang mengampuni semua dosa kita dan Tuhan (inkarnasi Allah) ? Sumber : Lee Strobel, Pembuktian Atas Kebenaran Kristus, Penerbit Gospel Press, PO BOX 238, Batam Center, 29432. F: 021-74709281 |