BANDUNG, (PR).- Kebijakan tinggal kelas perlu dikaji ulang. Alasannya, anak yang pernah mengalami tinggal kelas ternyata memiliki kecenderungan untuk tidak melanjutkan pendidikannya.
Demikian terungkap dalam Dialog Ekonomi BIES 2018, yang memaparkan diseminasi hasil riset berjudul Early Educational Experience and Later Education Outcomes: Evidence from School Transition in Indonesia, di Universitas Padjadjaran, Bandung, Selasa 13 November 2018. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Indonesia Project dari Australian National University bekerjasama dengan CEDS Unpad.
Peneliti Prospera, T. Yudo Wicaksono, memaparkan pada prinsipnya tujuan dari kebijakan tinggal kelas adalah mempersiapkan anak didik agar lebih baik lagi, sehingga saat mengenyam bangku di kelas selanjutnya, siswa ini akan lebih siap. Namun, dari penelitian yang ia lakukan, justru data yang ada tidak menunjukan hal tersebut.
Efek tinggal kelas di SD justru memiliki jangka panjang dan berdampak negatif terhadap probabilitas untuk melanjutkan sekolah. Dampak ini, kata dia bisa terasa hingga SMP bahkan SMA.
Penelitian yang dilakukan Yudo itu menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) dalam kurun waktu 1993-2014, dengan longitudinal data yang dikombinasikan dengan potensi (Podes).
“Jadi, kalau dilihat dari empiris mereka yang tinggal kelas, kecenderungan untuk melanjutkan pendidikan itu langsung drop. Jadi dari indikator awal, peluang seseorang untuk melanjutkan sekolah terutama mereka yang tinggal kelas itu turun drastis. Makanya perlu evaluasi mengenai kebijakan tinggal kelas ini, apalagi jika melihat dari perspektif anak didik yang potensinya begitu banyak, apakah potensi itu bisa diukur oleh satu indikator,” ujarnya.
Meski demikian Yudo mengungkapkan, penelitian yang ia lakukan tidak membahas lebih dalam lagi tentang alasan dari anak didik tersebut tinggal kelas, dan kapan mengalami tinggal kelas yang diperkirakan juga akan memberikan banyak informasi lainnya. Oleh karena itu menurutnya temuan awal ini bisa ditindaklanjuti dengan kajian-kajian selanjutnya.
Sementara itu Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad Mohamad Fahmi, mengatakan, hasil penelitian tersebut perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan. Hanya, ia menggarisbawahi perlu diketahui penyebab anak yang tinggal kelas tersebut tidak melanjutkan sekolahnya.
“Apakah karena merasa malu, atau karena tidak mampu menyelesaikan. Ini perlu penelitian lanjutan. Harapannya dengan hal-hal tersebut diketahui akan muncul intervensi apa yang bisa dilakukan pemerintah,” kata Fahmi.
Terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan, Fahmi mengatakan, diseminasi dari riset ini ditujukan agar pengambilan kebijakan yang dilakukan berbasis riset. Sehingga, harapannya kebijakan yang dikeluarkan nantinya akan lebih efektif dan tepat sasaran.***
Di HolyStar tidak memakai sistem kelas, jadi tidak ada murid yang akan tinggal kelas, murid naik tingkat secara otomatis, setelah murid menyelesaikan pace untuk satu grade, tanpa menunggu semesteran, jadi tiap saat murid bisa naik tingkat / grade.