Pengenalan Gejala ADHD pada anak

Handling a child with ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder) requires understanding, structure, and effective strategies. Here are some suggestions to help you handle an ADHD child:
  1. Learn About ADHD: Educate yourself about ADHD to better understand its symptoms, challenges, and strengths. This knowledge will help you provide appropriate support and develop effective strategies.
  2. Establish Routines and Structure: Create a consistent daily routine and clear expectations for the child. Establish regular schedules for meals, bedtime, homework, and other activities. A structured environment can provide a sense of stability and help manage impulsivity.
  3. Break Tasks into Manageable Steps: Break down tasks and assignments into smaller, manageable steps. Provide clear instructions and use visual cues or written lists to help the child understand and remember what needs to be done.
  4. Use Visual and Verbal Prompts: Visual cues, reminders, and verbal prompts can help redirect the child’s attention and keep them on track. Use timers, alarms, or visual schedules to help them manage time and transitions.
  5. Provide Immediate Feedback: Children with ADHD often respond well to immediate feedback. Offer praise, rewards, or positive reinforcement for desired behaviors and accomplishments. Similarly, provide gentle reminders or redirection when they get off track.
  6. Minimize Distractions: Create a quiet and organized environment to minimize distractions. Reduce noise, clutter, and visual stimuli to help the child focus better. Consider providing a designated workspace or a quiet area for tasks requiring concentration.
  7. Encourage Physical Activity: Incorporate regular physical activities or exercise into the child’s routine. Physical movement can help reduce restlessness and improve focus. Break up sedentary activities with short movement breaks.
  8. Teach Self-Regulation Strategies: Help the child develop self-regulation skills by teaching techniques like deep breathing, mindfulness exercises, or progressive muscle relaxation. These strategies can help them manage impulsivity, anxiety, and hyperactivity.
  9. Collaborate with Teachers and Professionals: Maintain open communication with teachers, therapists, and other professionals involved in the child’s care. Work together to develop consistent strategies across different environments, such as home and school.
  10. Seek Professional Support: Consider involving professionals, such as pediatricians, psychologists, or behavioral therapists, who specialize in ADHD. They can provide additional guidance, strategies, and interventions tailored to the child’s specific needs.
Remember that each child with ADHD is unique, and what works for one child may not work for another. Be patient, flexible, and understanding as you support the child in managing their symptoms and reaching their full potential. Definisi ADHD adalah bila seorang anak menampilkan beberapa gejala dari gangguan perhatian & kosentrasi, impulsivitas & hiperaktivitas. Gejala-gejala ini haruslah sudah tampak sejak amat dini sekali (sebelum usia 7 thn) Anak ADHD sering diidentikan dengan anak yang banyak gerak, padahal tidak selalu demikian. Banyak gerak & tidak dapat diam bukanlah satu-satunya masalah, ketidakmampuannya untuk memfokuskan & menjaga perhatiannya pada satu hal adalah juga gejala ADHD (ADD adalah bentuk ADHD yang tidak disertai dengan gejala hiperaktivitas). Misalkan saja, di sekolah, ia bukan hanya mendengarkan gurunya, tetapi ia juga mendengar bunyi mobil diluar, pesawat terbang di angkasa, bunyi gemeretak kursi di sebelahnya. Ia bukan hanya melihat guru yang tengah menjelaskan, tetapi juga melihat gambar di papan, garis-garis baju teman sebelahnya. Semua ini akan menjadikannya membutuhkan energi ekstra agar dapat berkonsentrasi, & untuk tidak memedulikan rangsangan-rangsangan yang tidak penting tadi Impulsivitas Anak dengan ADHD biasanya sangat impulsif. Ia memberi jawaban sebuah pertanyaan sebelum ia benar-benar mendengar, atau memulai tugas sebelum ia benar-benar membaca atau mengetahui apa yang diharapkan. Pendek kata, mereka berbuat tanpa memikirkan akibat apa yang akan terjadi. Hiperaktivitas Saat mereka sudah besar, hiperaktivitasnya akan berkurang, yang tinggal adalah “hiperaktivitas kecil” misalnya mengutik-utik dengan jari, bergoyang-goyang atau berputar-putar. Kriteria Diagnosis ADHD Menurut DSM IV DSM IV adalah singkatan dari Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorder. Sistem klasifikasi ini dikeluarkan oleh kelom­pok ilmu kesehatan jiwa Amerika; sedang ke IV artinya keem­pat, dan versi ini dikeluarkan tahun 1994. Skor pada kriteria ini adalah skor yang digunakan untuk membantu pihak profesi dalam menegakkan diagnosis, namun sebetulnya kriteria ini ti­dak terlalu penting (masih diperlukan pemeriksaan lain). A. Jika terdapat (1) dan/atau (2) gejala di bawah ini. 1. Kurangnya pemusatan perhatian: setidaknya mempunyai enam dari tujuh gejala-gejala di bawah ini yang setidaknya ber­langsung enam bulan lamanya dan tidak bertumpang tindih dengan tingkat kecerdasan yang rendah:
  1. Sering kali tidak baik dalam melihat hal-hal yang detail, atau dalam mengerjakan tugas sekolah serta dalam ke­giatan-kegiatan lain membuat kesalahan-kesalahan ka­rena ketidaktelitian;
  2. Sering kesulitan memusatkan perhatian untuk sebuah tu­gas atau permainan;
  3. Sering tampak tidak mendengarkan bila seseorang ber­bicara terhadapnya;
  4. Sering kesulitan mengikuti sebuah instruksi secara penuh atau saat harus mengerjakan tugas sekolah, melakukan pekerjaan atau tugas-tugas lain tidak selesai (bukan dika­renakan perilaku membangkang atau juga bukan karena tidak mampu memahami instruksi);
  5. Sering kali kesulitan mengorganisasi aktivitas dan tugas;
  6. Sering meninggalkan tugas-tugas yang membutuhkan waktu yang lama (misalnya, pekerjaan sekolah dan peker­jaan rumah); membencinya atau tidak mau memulainya;
  7. Sering kehilangan barang-barang yang dibutuhkan un tuk mengerjakan tugas-tugas atau aktivitas lain (misalnya mainannya, latihan-latihan dari sekolah, pinsil, buku, dan alat-alat kerja);
  8. Sering mudah beralih perhatian;
  9. Sering kali lupa pada hal-hal yang sederhana.
2. Hiperaktivitas/impulsivitas: setidaknya enam dari gejala-ge­jala sebagai berikut dan selama enam bulan lamanya yang sesuai dengan kriteria, dan tidak bertumpang-tindih dengan tingkat kecerdasan rendah: Hiperaktivitas
  1. Tangan atau kaki sering bergerak-gerak tidak tenang atau bergoyang-goyang di kursinya;
  2. Berdiri dari tempat duduknya di dalam kelas atau dalam situasi lain di mana seharusnya anak-anak duduk di tem­patnya;
l. Sering berlari-lari tidak pada tempatnya, berkelilingan, atau mengerjakan yang tidak-tidak (yang pada orang de­wasa dapat tetap diam hingga dapat memunculkan pera­saan subjektif dari ketenangan);
  1. Sulit untuk bermain atau kegiatan lain secara tenang;
  2. Sering melakukan suatu hal terus-menerus;
  3. Sering berbicara terus-menerus;
Impulsivitas
  1. Melempar jawaban sebelum pertanyaan selesai;
  2. Mengganggu kegiatan anak lain dan meminta perhatian;
  3. Sering kali sulit menunggu giliran.
  4. Kriteria ini berlaku bagi anak usia tujuh tahun biia terdapat ge­jala-gejala dalam bidang hiperaktivitas, impulsivitas, atau gang­guan pemusatan perhatian, yang menyebabkan terganggunya is dalam berfungsi.
  5. Gangguan fungsi yang disebabkan karena pengaruh gejala-ge­jala tersebut sekurang-kurangnya berada di dua tempat (misal­nya, rumah dan sekolah).
  6. Harus ada tanda-tanda yang jelas dan signifikan secara klinis bahwa is mengalami gangguan fungsi dalam bidang sosial atau belajar atau pekerjaannya.
  7. Gejala-gejala yg muncul bukan merupakan gangguan perkembangan pervasive, skizofrenia, atau gangguan psikiatrik lainnya (misalnya gangguan stemming, gangguan rasa takut, atau gangguan kepribadian)
Tidak selalu Tidak bisa Diam Justru yang membingungkan adalah bahwa tidak selalu anak ADHD itu tidak bisa diam, & juga cepat beralih perhatiannya. Mereka juga dapat berkonsentrasi pada film yang menarik, atau permainan di komputer, atau pada hal-hal yg menarik baginya. Perilaku tidak dapat diam bukan hanya disebabkan karena ADHD. Pada anak-anak penyebab lain juga dapat menjadikannya tidak dapat diam, misalnya dalam keadaan yang menggembirakan (Natal), karena sakit, atau karena obat-obatan, akibat dari gangguan belajar, ada masalah di rumah, masalah2x neurologis & kondisi depresi. Anak-anak dengan ADHD tentu saja dapat berkonsentrasi, tetapi untuk itu sang anak membutuhkan banyak dorongan. Dengan kata lain: jika dia pikir benar-benar menarik, maka dia akan dapat berkonsentrasi Fungsi Pengaturan Gangguan pemusatan perhatian, hiperaktivitas & impulsivitas adalah gejala utama dari ADHD. Hal ini merupakan masalah yg disebabkan oleh karena kekurangan pada “fungsi pengaturan” yang berada di otak. Dalam literatur, hal ini disebut “fungsi eksekutif” Bicara Dalam Hati Bicara dalam hati merupakan salah satu alat agar dapat menggunakan fungsi pengaturan supaya dapat mengerjakan tugas-tugas. Saat seorg anak masih di bangku TK seringkali ia berbicara keras-keras pada dirinya sendiri, namun di tahun berikutnya akan lebih perlahan & saat sdh duduk di bangku akhir sekolah dasar ia hanya akan bicara dengan dirinya sendiri di dalam hati, tidak terdengar oleh orang lain. Perkembangan bicara dalam hati pada anak ADHD sering kali tertinggal dibandingkan dengan teman seusianya.         Apakah Anakku ADHD? Sesuai dengan klasifikasi ADHD, tidak ada tes objektif yang dapat menunjuk ADHD. Begitu juga dengan pemeriksaan (neuro) psikologis (sekarang) masih juga belum dapat memberikan hasilnya. Dengan dasar informasi dari orang tua & guru, dan juga dari kesan tertentu yang didapatnya sendiri, maka dokter akan melihat bahwa anak tersebut cocok dengan kriteria untuk klasifikasi ADHD.   Menghadapi Gangguan anak ADHD Jika anda ingin menolong anak yang ADHD, anda haruslah mengambil tali kendali di tangan anda. Si Anak secara paksa tidak lagi boleh menunjukkan perilaku membangkannya itu di dalam keluarga. Yang terbaik adalah jika anda menstimulasi perilaku baiknya dengan memberinya pernghargaan (kata-kata adalah salah satu cara dalam sistem pemberian penghargaan) Bila anda sendiri menentang perilaku yang kurang berkenan itu, maka anda akan masuk dlm suatu siklus: ancaman, anak tidak mau mendengarkan, hukuman, lalu kembali anak tidak mendengarkan, ancaman, hukuman, dst. Akibatnya anak tak bahagia, situasi dalam rumah tak menyenangkan, dan meningkatnya rasa frustasi pada diri anda. Lagipula penanganan yang negatif (spt berteriak: jangan melempar, jangan memukul, jangan mengomel terus!) tidak akan memberikan hasil. Karena bagi anak ADHD akan sulit menerima penggunaan kata-kata yang negatif untuk apa yang anda inginkan. Katakan saja apa yang anda inginkan (misalnya, berikan kayu itu pada saya, coba duduklah dahulu di kursi itu) kata-kata seperti ini akan membawa hasil. Biasakan diri anda memberi pujian pada anak anda jika ia bisa tenang saat bermain, atau bila anda tidak terganggu saat ada pembicaraan telpon, atau bila ia membereskan mainannya atas inisiatif sendiri. Jangkaulah setiap kesempatan untuk melihat sisi positif anak anda. Tak perlu berlebihan, cukup berikan sesuatu yg kecil-kecil misalnya sambil menepuk bahu: “wah kamu pintar ya bisa membuat bangunan dengan legomu itu”, “Wah kamu baik sekali ya-adikmu boleh main helikoptermu” Ia harus belajar bahwa perilaku yang baik akan mendapatkan hadiah, sedangkan perilaku yang buruk tidak akan mendapat hadiah. Time Out Menempatkan anak di ruang tertentu (the time out) menurut para ahli adalah metode yang baik agar anak dapat mengetahui bahwa perilakunya tidak boleh terus dilakukan. (pengasingan dari kesenangan artinya si anak berada dalam suatu ruangan terasing dimana ia tidak bisa mendapatkan kesenangan apapun tidak ada mainan di sekitarnya, tidak ada TV, tidak bisa bicara dengan org lain). Cara ini adalah sebuah bentuk hukuman untuk menunjukkan padanya bahwa perilaku si anak tidak cocok dalam keluarga. Si anak ditempatkan secar terpisah dimana dia tidak bisa marah & bisa diawasi (misalnya, di sebuah kursi di gang atau di dapur) Prosedurnya adalah kira-kira di 5 menit pertama ia harus sudah tenang, kemudian anda datang padanya & menanyakan apakah ia tahu kesalahannya? Peraturan harus jelas & mudah dilihat. Peraturan-peraturan itu harus disampaikan dengan penjelasan singkat & perlu dibangun secara perlahan dengan langkah-langkah kecil, serta kapan peraturan itu akan dilaksanakan. Pada anak-anak dengan ADHD, membangun konsep diri adalah hal yang sangat penting. Terapi Perilaku Kita belajar agar perilaku anak kita lebih baik dengan cara memberikan reaksi positif jika ia berperilaku baik. Kita belajar agar ia dapat mengurangi perilaku negatifnya dengan cara memberinya hukuman jika ia berperilaku buruk. Semua pekerjaan ini kita sebut sebagai “pengasuhan” Pelatihan utk anak-anak ditujukan terutama agar anak mampu melakukan perilaku self regulation & meningkatkan keterampilan sosial. Berempati & turut merasakan apa kesulitan anak justru mempunyai efek yang besar, & dapat memberikan perasaan yang nyaman bagi orang tua & anak, sehingga kita tidak perlu marah jika menghadapi anak ADHD. Bila hanya satu kali saja menjadi baik, maka tawarkan pada anak untuk kemungkinan mendapatkan penghargaan. Jangan mengharap bahwa pada awalnya ia bisa merasakannya. Anak-anak itu saat awalnya tidak mudah mengerti apa yang terjadi. Sehingga membutuhkan suatu perencanaan, yang harus dilaksanakan & dipertahankan. Yang benar adalah orang tua (& guru) adalah orang- orang yang diharapkan dapat mengubah perilaku anak. Kartu Laporan Harian (laporan perilaku baik) dapat dipakai antara orang tua & guru.         ADHD di Kelas Masalah Pemusatan Perhatian Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian, akan mengalami kesulitan dalam memulai mengerjakan suatu tugas. Pada anak yang mempunyai masalah dalam menyeleksi rangsangan yang penting, akan mengalami kesulitan untuk memilih hal mana yang penting & tidak penting. Pada anak yg mengalami kesulitan dengan mempertahankan perhatian, artinya bahwa anak tersebut mempunyai daya tahan yang buruk terhadap adanya rangsangan yang dapat mengalihkan perhatian. Masalah dalam memindahkan perhatian, misalnya saat mengerjakan tugas berhitung, ia akan kesulitan beralih dari tugas berhitung penambahan ke tugas berhitung pengurangan. Pada anak ADHD yang terpenting adalah perhatiannya perlu ditarik & kemudian upayakan agar pemusatan perhatiannya tidak beralih. Kata kunci yang penting: kontak individu, variasi, perubahan- perubahan dalam suara & jelas dalam bahasa, aba-aba & material serta alat bantu pendidikan. Cara-cara yang mungkin dapat mengatasi masalah pemusatan perhatian: n  Bila guru bercerita atau memberikan instruksi, guru perlu berbicara dengan suara keras agar si anak memerhatikan, gunakan warna suara yang berbeda-beda, gunakan aba-aba, manfaatkan situasi tegang saat bercerita sesuatu yang mene­gangkan, dan selalu melakukan kontak mata terus-menerus. n  Saat mengerjakan tugas, upayakan di akhir pengerjaan tu­gas tersebut agar guru memberikan penekanan kembali guna menghindari pemusatan perhatian yang merosot, tetap beri­kan rangsangan baru. n  Memberikan tugas secara tahap bertahap. nTetap awasi agar si anak tetap mendengarkan selama pe­nyampaian tugas dengan cara menanyakan secara berulang apa yang sudah disampaikan oleh guru. n  Sebuah stiker di kursi dapat dijadikan perangsang mata untuk mengingatkan bahwa is harus tetap duduk mengerjakan tugas. Guru cukup hanya menunjuk stiker tersebut (ingat: memberi peringatan secara negatif akan selalu menjadi ingatannya). n  Peringatan-peringatan di papan tulis akan lebih baik jika ditulis warna-warni. Karena warna akan menarik perhatian anak. n  `Hitungan penambahan’ ditulis dengan warna merah, dan `hitungan pengurangan’ dengan warna biru. n  Menggunakan zandloper (penentu waktu yang biasa digu­nakan untuk merebus telur) di atas meja dapat memberikan pemahaman anak terhadap waktu. Begitu juga jam tangan dengan alarm dapat memberikan peringatan terhadap kete­patan waktu. n  Guru juga dapat menggunakan rangsangan auditif. Misalnya, berikan jingle dengan instrumen musik jika anak harus ber­alih dari tugas yang satu ke tugas lain, atau dari bagian tugas yang satu ke bagian tugas yang lain. n  Pita rekaman juga dapat membantu memberikan instruksi tugas, atau dapat juga untuk memberikan penegasan tentang perilaku yang baik (misalnya, di lapangan bermain sekolah). Instruksi dalam pita rekaman dapat berselang- seling dengan musik gembira. n  Perangkat komputer dapat menjadi alat bantu pendidikan bagi anak dengan ADHD. Dengan komputer tersebut anak dapat tetap mempertahankan perhatiannya dan juga bagi anak ADHD yang mempunyai kombinasi dengan gangguan motorik halus, penggunaan komputer dapat membantunya menulis.   Motivasi Jangan terlalu banyak membanding-bandingkan satu anak dengan anak lain (kamu adalah terbaik dalam berhitung), tetapi biarkan agar si anak sedapat mungkin melihat di bagian mana ia bisa lebih maju bila dibandingkan dengan beberapa waktu sebelumnya. Anak-anak dengan ADHD tak kan mungkin bisa melakukan kompetisi dengan anak‑anak lain yang terbaik dan yang lebih tenang. Mendengarkan bahwa ia mengalami kemajuan dari sejak awal tahun hingga akhir tahun pelajaran, akan merupakan pendorong yang baik baginya?   Presentasi Kadang-kadang anak‑anak juga memberikan presentasi tentang ADHD yang disandangnya. Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar rasa percaya diri, di samping untuk menstimulasi pemahaman anak-anak lain terhadap ADHD. IMPULSIVITAS DAN PROSES BELAJAR Murid dengan ADHD mempunyai reaksi pada saat itu juga. Menunggu untuk bereaksi bagi mereka sangat sulit. Reaksinya bisa dalam bentuk motorik, namun juga dalam bentuk verbal. Saat pelajaran berlangsung ia akan berbicara saat bukan giliran­nya, dan menjawab sebelum semua pertanyaan selesai. Dalam berpikir mereka juga akan mengalami impulsivitas. Ia sering memberikan jawaban apa yang pertama terpikir di kepalanya tanpa lagi melihat dari berbagai sisi. Dalam soal dengan jawab­an ganda, ia tidak akan melihat perbedaan yang hanya sedikit­sedikit saja. Bila seorang anak sangat tidak tenang, biarkan ia berjalan-jalan sebentar misalnya mengantarkan sesuatu kepada guru lain, atau mengosongkan keranjang sampah. PENYESUAIAN Dahulu, banyak kesalahpahaman tentang bagaimana mencip­takan lingkungan pendidikan bagi anak ADHD. Dahulu anak­-anak ini sekolah di tempat tersendiri dengan ruangan yang minim rangsangan (ruangan di mana si anak seminim mungkin akan beralih perhatian). Kadang anak-anak ini juga mengerjakan tu­gasnya di ruangan yang tertutup. Namun kini latar belakang biologis anak-anak kelompok ini sudah semakin diketahui dengan jelas, kita semakin memahaminya dengan lebih baik. Anak-anak ADHD bukan saja mudah beralih perhatiannya karena adanya rangsangan, tetapi ia sebenarnya juga mencari rangsangan. Hal ini karena sistem inhibisinya (`sistem rem-kontrol’) kurang ak­tif; maka si anak akan mengkompensasinya dengan cara men­cari rangsangan. Sebuah ruangan tanpa rangsangan dengan lembaran-lembaran kerja yang rnembosankan justru akan ti­dak mendorongnya untuk terus bekerja. Seni dalam pendidik­an adalah bagaimana kita mampu mengorganisasi lingkungan agar si anak tidak terlalu banyak mendapatkan rangsangan yang dapat mengalihkan perhatiannya, tetapi juga melalui rangsang­an (yang merupakan bagian dari tugasnya) akan memberinya stimulasi serta lebih mengaktifkannya. Sebaliknya ruang yang minim rangsangan juga ada baiknya. Ruang ini dapat digunakan untuk anak ADHD tertentu yang karena kekhususannya itu, agar ia mampu berfungsi secara op­timal, ia membutuhkan ruang tertentu agar waktu yang diguna­kan juga dapat ditentukan. Kita juga sudah sering membicara­kan bahwa anak dengan ADHD bisa bermacam ragam. Yang pertama-tama adalah keparahan dari gejala ADHD, kemudian apakah mempunyai juga gangguan lainnya, dan selanjutnya ten­tu saja, kepribadian, minat, dan inteligensianya. Lagi pula, ting­kat konsentrasinya setiap periode juga berbeda. PERUBAHAN PERILAKU DI DALAM KELAS Di dalam kelas (seperti juga di rumah) dapat saja terjadi bahwa perilaku anak ADHD akan dipengaruhi oleh cara yang siste­matis dalam memberikan penghargaan atau hadiah untuk peri­laku yang positif, serta memberikan hukuman untuk perilaku yang negatif. Cara ini menggunakan sistem penghargaan yang sudah banyak dibicarakan dalam buku ini. Penghargaan di da­lam kelas dapat diberikan dengan cara memberinya kesempatan untuk mendapatkan tempat yang pertama: membersihkan papan tulis, bermain dengan komputer, meletakkan bak sampah di luar. Memberikan penghargaan atau hadiah dalam bentuk aktivitas adalah suatu bentuk yang baik untuk anak ADHD. Bentuk penghargaan seperti ini akan sangat cocok dengan ke­butuhannya untuk selalu bergerak. Sistem penghargaan akan mempunyai dampak yang baik jika dikerjakan secara konsekuen dan sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan pada murid tentang penghargaan apa yang akan di­dapatkannya. Karena itu juga, perlu diadakan perubahan-peru­bahan dalam bentuk penghargaan secara berkala. Perangsangan harus tetap kuat. KARTU PERILAKU BAIK Kartu perilaku baik dikembangkan agar orang tua dan anak dapat bekerja sama untuk memperbaiki perilaku si anak di sekolah. Kartu itu disebut juga daily report card. Kartu ini mempunyai manfaat sebagai alat bagi seorang anak ADHD di mana is membutuhkan dorongan ekstra dalam tugas-tugas tertentu. Dengan kartu perilaku baik, si anak akan mendapat­kan penilaian dan penghargaan dari guru dan orang tuanya. Setelah beberapa waktu, kartu perilaku baik dapat diganti de­ngan kartu harian, kemudian kartu mingguan, bahkan mungkin dapat meningkat menjadi kartu bulanan. Kartu berperilaku baik ini dapat membantu anak dalam belajar berperilaku misalnya: n  mendengarkan penjelasan guru; n  mematuhi perintah guru; n  sebelum mengerjakan sesuatu harus membaca perintah ter­lebih dahulu; n  mengangkat tangan sebelum bertanya; n  menyelesaikan tugas; n  bergaul dengan baik dengan sesama teman. Pada penggunaan kartu perilaku baik ada beberapa hal yang ha­rus diperhatikan: n  tujuan yang ditetapkan secara realis harus dapat dicapai oleh si anak; n  tujuan harus tertulis secara jelas; n  perlu dilaksanakan dengan tahapan-tahapan kecil. Kartu perilaku baik bukan bertujuan untuk mengatasi masalah gangguan belajar, ia hanya digunakan sebagai alat kontrol pe­rilaku di dalam kelas. Contoh Kartu Perilaku Baik Sebelum pihak sekolah dan orang tua melaksanakan program perilaku—jika perlu adanya kombinasi dengan kartu perilaku baik—maka ada beberapa hal penting yang harus diketahui ter­lebih dahulu: Apa saja sasaran yang harus dicapai? n  perilaku secara umum di sekolah dan di dalam kelas; nbagaimana perilaku anak terhadap guru dan teman sekelas; n  perilaku mengerjakan tugas-tugas. Dalam bentuk bagaimana tujuan itu? n  harus menunggu giliran; n  angkat tangan atau tunjuk jari sebelum bertanya atau bicara; n  tidak bicara dengan teman apabila tidak saatnya bicara (bila dilarang gunakan “lampu merah”; bila “lampu hijau diper­bolehkan; dan apabila “kuning” hanya boleh berbisik-bisik); n  hanya boleh duduk di tempat (idem lampu lalu lintas); n  tetap bekerja mengerjakan… (misalnya tugas); n  bekerja secara teliti, periksa ulang; n  jangan berkelahi di lapangan bermain; n  tidak boleh bicara keras-keras kepada guru (lebih lagi: bicara yang halus pada guru). Penting: jangan memilih lebih dari dua atau lima tujuan perilaku perprogram. Apa yang bisa dicapai? Akan sangat sulit jika mengharapkan seorang anak yang saat pagi-pagi sudah loncat-loncat dari kursinya, kini ia harus duduk diam. Karena itu pertama-tama: `berdiri dari kursi tidak lebih dari tiga kali saat harus mengerjakan tugas’. Artinya, kita harus mengetahui terlebih dahulu berapa kali ia mengerjakan hal itu sebelumnya (perilaku ini dijelaskan dalam catatan diambil saat observasi, jika perlu bersama dengan teman guru lain/konselor). Bagaimana menjelaskan kartu perilaku baik itu pada si anak? Guru bersama orang tua menjelaskan kartu itu pada si anak bahwa kartu itu dimaksudkan agar perilakunya akan menjadi lebih baik. Hal ini tak bermaksud sebagai hukuman (karena itu jangan diberi ancaman misalnya, sekarang dengarkan kalau ti­dak saya potong nilaimu…). Jelaskan pada anak bahwa ia nanti akan mendapatkan hadiah dan kapan hadiah itu akan diberikan. Kadang jika hadiah diberikan nanti (di rumah) akan dirasakan terlalu jauh bagi seorang anak, karena itu perlu juga diberikan perangsang di dalam kelas (boleh membaca, sebagai hadiah) untuk membuat agar perilakunya menjadi lebih baik. Perlu juga dibuat kesepakatan tentang berapa nilai diperoleh pada perilaku negatif dan tentang berapa harga/nilainya jika si anak kehilang­an kartu tersebut atau merusaknya. Mulailah pemberian nilai/ hadiah pada perilaku baik. Setelah beberapa hari barulah dimu­lai pemberian nilai pada perilaku yang buruk. Kesepakatan penggunaan kartu perilaku baik n  kapan dan di mana si anak memberikan kartu itu pada guru dan kapan ia menerimanya lagi; n  begitu pula di rumah (lebih baik jangan langsung bertanya pada si anak begitu ia masuk ke rumah); n  di rumah gunakan grafik atau kalender berapa nilai yang di­peroleh si anak. APA YANG DIBUTUHKAN OLEH SEORANG GURU? Apa yang dibutuhkan seorang guru agar ia dapat membimbing seorang anak ADHD dalam pendidikannya? Pertama yang ter­penting adalah melakukan pendekatan positif, bersabar, humor, dan kreativitas. Kemudian: n  pengetahuan tentang pengaruh ADHD dalam proses belajar; n  melihat sisi kuat dan sisi lemah si anak; n  merancang organisasi kelas yang baik; n  pengetahuan tentang teknik terapi perilaku; n  membuat variasi keterampilan teknik pemberian instruksi; n  adanya dukungan yang cukup dari kelompok kerja sekolah. Mempunyai pengetahuan tentang ADHD adalah dasar untuk memahami seorang anak dengan masalah ini, menerima keada­annya, dan membantunya. Memerhatikan sisi lemah anak ada­lah untuk mempertimbangkan saat harus membangun sisi kuat­nya. Pemeriksaan neuropsikologis dalam hal ini juga diperlu­kan, sebab sering terjadi pada anak-anak seperti ini mengalami disinkronitas profil inteligensia. Dengan kata lain sering terjadi adanya perbedaan atau jurang antara faktor verbal-matematika, kemampuan pandang ruang, dan kemampuan asosiasi (ketiga faktor itu merupakan faktor penentu prestasi). Pada anak-anak normal biasanya kemampuan ini akan seimbang, harmonis. KELAS YANG TERORGANISASI SECARA BAIK Organisasi kelas yang baik adalah situasi yang dibutuhkan oleh semua anak, tetapi untuk anak-anak ADHD sangat dibutuhkan agar ia dapat berfungsi dengan baik. Hal ini juga dibutuhkan untuk menghindari munculnya perilaku yang kurang bisa di­terima. Dalam kelas yang terorganisasi dengan baik, guru akan bekerja dalam aturan-aturan yang jelas bagi seluruh anak. Selanjutnya: n  peraturan-peraturan perlu digantung di tempat yang mudah terlihat (dalam bentuk tulisan atau gambar); n bekerja berdasarkan jadwal; n  menyiapkan anak-anak bila ternyata melenceng dari jadwal; n  mampu melihat masalah dan melakukan pencegahan; n  memberikan tugas pekerjaan rumah berdasarkan tingkat ke­mampuan anak; mampu melihat secara menyeluruh kondisi anak-anak di da­lam kelasnya namun pada saat yang sama ia juga mampu melihat secara khusus kepada anak yang membutuhkan per­hatian ekstra. How handling a child with dyslexia ? Handling a child with dyslexia requires understanding, patience, and tailored support. Here are some strategies to help you handle a dyslexic child:
  1. Educate Yourself: Learn about dyslexia to gain a better understanding of the challenges and strengths associated with it. Familiarize yourself with common signs and symptoms, as well as effective interventions and accommodations.
  2. Create a Supportive Environment: Foster a supportive and accepting environment for the child. Encourage their strengths, celebrate their achievements, and provide reassurance. Emphasize that dyslexia does not define their intelligence or worth.
  3. Provide Structured and Multisensory Instruction: Use structured and multisensory teaching techniques that engage different senses, such as visual, auditory, and kinesthetic. This can include using visual aids, manipulatives, hands-on activities, and assistive technology to reinforce learning.
  4. Break Tasks into Smaller Steps: Break down tasks and assignments into smaller, more manageable steps. Clearly outline the expectations and provide additional support if needed. This approach helps the child feel less overwhelmed and increases their chances of success.
  5. Use Multi-Sensory Reading and Writing Approaches: Utilize multisensory methods for reading and writing instruction. For example, use colored overlays to reduce visual stress, incorporate tactile materials for letter formation, and practice phonics using auditory cues.
  6. Provide Assistive Technology: Introduce assistive technology tools, such as text-to-speech software, speech recognition software, or audiobooks. These tools can help the child access information, improve reading fluency, and support written expression.
  7. Encourage Reading and Provide Accommodations: Encourage reading by providing materials that match the child’s reading level and interests. Offer accommodations like audiobooks, larger print, or reading aids, such as colored overlays or reading guides.
  8. Build Self-Esteem: Help the child develop a positive self-image by focusing on their strengths and talents. Encourage their interests outside of academics, such as sports, arts, or hobbies, to foster their overall self-esteem and well-being.
  9. Collaborate with Teachers and Professionals: Maintain open communication with teachers, educational specialists, and other professionals working with the child. Collaborate to develop individualized education plans (IEPs) or accommodations that address their specific needs.
  10. Seek Professional Support: Consider involving professionals, such as educational psychologists or specialized tutors, who can provide targeted interventions and strategies for dyslexia. They can offer assessments, individualized instruction, and ongoing support.
Remember, dyslexia is a lifelong condition, and it requires ongoing support and understanding. By providing appropriate interventions, accommodations, and emotional support, you can help the child navigate their learning challenges and thrive academically and personally.